Perkembangan Uang di Indonesia
Perkembangan sejarah uang di Indonesia dimulai pada tahun 800. Selanjutnya, perkembangan ini terbagi menjadi beberapa era. Nah berikut penjelasannya!
Pada masa tersebut, transaksi jual beli masih banyak dilakukan dengan menggunakan emas dan perak. Produksi koin pertama bahkan berasal dari Dinasti Syailendra (Kerajaan Mataram) pada abad ke-9 hingga ke-12.
Selain itu, masyarakat juga menggunakan manik-manik sebagai alat tukar. Manik-manik ini diproduksi oleh Kerajaan Sriwijaya di Sumatera dan akhirnya menyebar ke seluruh penjuru Indonesia. Kemudian, pada akhir abad ke-13, Kerajaan Majapahit yang kala itu menerima kedatangan pedagang China, menjadikan koin tembaga sebagai alat tukar pada masa itu.
Pada tahun ini, orang-orang Eropa mulai berdatangan ke Indonesia dan membawa mata uang masing-masing terutama dalam bidang perdagangan. Hal tersebut menjadikan masyarakat Indonesia juga banyak menggunakan mata uang bangsa kolonial ini.
Kemudian, pada tahun 1752, muncullah uang kertas pertama berkat pembentukan De Bank Courant dan Bank van Leening. Setelah VOC bangkrut, akhirnya Republik Batavia mengeluarkan mata uang sendiri dan membuat koin gulden perak pada tahun 1802.
Pada kala itu adalah masa penjajahan Jepang. Terutama pada tahun 1942, Jepang berhasil menginvasi pemerintahan Hindia Belanda dan mengambil alih seluruh negeri. Hal tersebut menjadikan Jepang membawa mata uangnya sendiri lalu membubarkan bank-bank bentukan Indonesia, termasuk De Javasche Bank.
Setelah pembubaran tersebut, Jepang menerbitkan uang kertas yang dikeluarkan oleh pihak bank Jepang, yakni De Japansche Regeering dan menjadi alat pembayaran yang sah sejak saat itu.
Kemudian pada tahun 1944, Jepang mengeluarkan uang yang dicetak dalam Bahasa Indonesia. Stok uang tersebut tetap dipakai oleh pemerintahan Indonesia sampai tahun 1946.
Pada tahun ini, Indonesia sudah merdeka dan pemerintah pun dapat mencetak mata uang sendiri, dengan menerbitkan ORI atau Oeang Repoeblik Indonesia. Namun, karena saat itu juga negara masih dalam keadaan kacau, akhirnya peredaran ORI menjadi tersendat.
Bentuk fisik ORI pada masa itu sangat sederhana, kualitasnya juga tidak bagus, bahkan sistem pengamanannya masih berupa serat halus biasa. Nah, dalam peredarannya, ORI terbagi atas beberapa penerbitan.
Oeang Repoeblik Indonesia ini pertama kali diedarkan secara resmi pada 30 Oktober 1946. Pecahan uangnya terdiri atas 1 sen, 5 sen, 10 sen, ½ rupiah, Rp1.00, Rp5.00, Rp10.00, dan Rp100.00
Penerbitan ORI selanjutnya justru hanya memiliki empat pecahan saja, yaitu Rp5.00, Rp10.00, Rp25.00, dan Rp100.00.
Untuk penerbitan ini, seluruh mata uangnya memiliki latar tempat dan tanggal berupa Djokjakarta, 1 Djanuari 1945, yang ditandatangani oleh Sjafruddin Prawiranegara.
Selanjutnya, pada ORI III mulai bertambah jumlah pecahannya menjadi tujuh jenis, yakni ½ rupiah hingga Rp250.00. Pada era ini juga ada sebuah pecahan langka yaitu seri Rp100 Maramis.
Pada seri ORI IV ini, terdapata pecahan baru yakni Rp75.00, Rp100.00 dan Rp400.00. Bahkan ada juga salah satu terbitan uang terbaik, terlangka, sekaligus termahal dengan nominal Rp600.00.
Sejarah Uang Pada Bangsa Yunani
Bangsa Yunani menjadikan emas dan perak batangan sebagai komoditas dalam bertransaksi, sampai masa dimulainya pencetakan uang sekitar tahun 406 SM.
Beli Perlengkapan Olahraga Bola Besar di Shopee!
Sobat Shopee, itu dia delapan permainan bola besar terpopuler yang sering dimainkan orang-orang di seluruh dunia. Apakah kamu pernah memainkan salah satu dari yang sudah disebutkan di atas?
Nah, jika kamu ingin membeli peralatan olahraga yang berkualitas, kamu bisa mendapatkannya dengan mudah di Shopee Mall. Shopee Mall menawarkan beragam produk berkualitas dan mudah diakses lewat smartphone kesayangan.
Jadi, kamu tidak perlu pergi keluar rumah untuk sekadar window shopping.
Shopee Mall menyediakan berbagai barang yang 100% original untuk memenuhi berbagai kebutuhan olahraga. Dengan garansi 7 hari pengembalian, kamu bisa mengajukan pengembalian barang jika produk rusak atau cacat, lho!
Selain itu, ada beragam promo menarik lainnya yang bisa kamu manfaatkan, seperti Gratis Ongkir, cash on delivery (COD), dan cashback.
Yuk, lengkapi kebutuhan olahraga kamu di Shopee!
Rekomendasi Buku & Artikel Terkait Sejarah Uang
Apakah Sobat Shopee pernah bermain sepak bola? Bola basket? atau Voli? Ya, itu adalah beberapa contoh permainan bola besar yang sering dimainkan di seluruh dunia.
Mengutip dari sumber terpercaya, permainan bola besar adalah salah satu cabang olahraga yang dilakukan secara berkelompok. Alat utama yang digunakan adalah bola berdiameter lebih dari 50 cm.
Rata-rata, permainan ini membutuhkan tenaga yang ekstra dan kekuatan fisik yang baik. Lantas, apa saja sih beberapa yang paling sering dimainkan di seluruh dunia?
Baca Juga: 12 Teknik Dasar Bola Voli yang Harus Diketahui Pemula
Sejarah Uang pada Bangsa Mesir Kuno
Zaman Mesir Kuno itu terbagi menjadi dua fase yakni Kerajaan Mesir Lama (3000 SM) dan Kerajaan Mesir Pertengahan (2160-1788 SM). Pada kala itu, yang dijadikan sebagai alat tukar adalah emas.
Sejumlah suku di pedalaman telah mengenal emas menjadikannya sebagai alat budaya, khususnya sebagai perlengkapan persembahan spiritual kuno. Bahkan, mereka juga memakamkan Raja Tutankhamen dalam sebuah peti emas.
Sejarah Uang di Berbagai Bangsa
Saat ini kita tengah membicarakan tentang sejarah uang, maka tidak afdol rasanya apabila tidak membahas sejarah uang yang ada di berbagai bangsa di dunia. Yuk simak ulasan berikut!
Sejarah Uang pada Bangsa Lydia
Bangsa Lydia berada di sebuah daerah kuno di Asia Kecil, yang saat ini menjadi bagian sebuah provinsi di Turki. Dipercaya bahwa kemunculan uang itu dicetuskan oleh bangsa Lydia ini, karena kala itu mereka kesulitan dengan adanya sistem barter ketika tengah bertransaksi jual beli, kemudian memberikan ide untuk membuat uang.
Macam-macam binatang buas yang pertama dan ada di Indonesia adalah Komodo. Dikenal secara ilmiah sebagai Varanus komodoensis, Komodo adalah kadal terbesar di dunia. Beberapa komodo terbesar berukuran lebih dari 3 meter (10 kaki) panjangnya dan beratnya sekitar 158 kilogram.
Tetapi umumnya panjangnya berkisar antara 1,5 hingga 2,6 meter dan beratnya 68 hingga 113 kilogram. Komodo juga bisa berjalan dengan kecepatan 25 km per jam.
Komodo berasal dari Indonesia, khususnya spesies ini dilindungi, karena mereka rentan punah. Tetapi, saat datang untuk melihat komodo, manusia juga harus diberi perlindungan. Karena makhluk ini merupakan makhluk paling berbahaya di dunia dengan cakar dan rahang yang kuat, gigi yang tajam, dan sisik yang tebal bak berlapis baja.
Makanan komodo berkisar dari mangsa besar seperti kerbau hingga ular, burung, mamalia kecil, dan bangkai. Sementara komodo tidak benar-benar menyerang manusia hanya karena mereka tidak bersentuhan dengan mereka, mulut mereka memiliki racun yang terdiri dari protein beracun.
Satu gigitan dari komodo dapat menyebabkan infeksi serius dan bahkan mengarah pada kemungkinan mengamputasi area yang terinfeksi.
Timnas Indonesia menang 2-0 atas Arab Saudi pada pertandingan lanjutan Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026 di Stadion Utama Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta, Selasa (19/11) malam. Ini menjadi kemenangan pertama Indonesia di putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Setelah tiga kali meraih hasil imbang beruntun, lalu kalah di dua laga terakhir berturut-turut Indonesia akhirnya berhasil meraih kemenangan pertama di Grup C ronde ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Kepastian itu didapat usai Indonesia menang 2-0 atas Arab Saudi. Dua gol kemenangan Indonesia atas Arab Saudi diborong Marselino Ferdinan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemenangan ini membuat posisi Indonesia di klasemen Grup C langsung melesat. Indonesia yang berada di posisi juru kunci naik ke peringkat ketiga klasemen Grup C menggeser Arab Saudi.
Jay Idzes dan kawan-kawan saat ini mengemas enam poin dari enam pertandingan yang telah dijalani.
Sebaliknya, kekalahan dari Indonesia membuat Arab Saudi turun ke posisi keempat klasemen Grup C dengan mengantongi enam poin dari enam pertandingan yang dijalani.
Kemenangan atas Arab Saudi sekaligus menjaga peluang Indonesia untuk lolos ke Piala Dunia 2026 baik lolos langsung dengan finis di posisi dua teratas Grup C, maupun lolos ke ronde keempat dengan finis di peringkat ketiga dan keempat pada klasemen akhir Grup C nanti.
Kini Indonesia masih memiliki empat pertandingan lagi di Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Indonesia akan menghadapi Australia pada 20 Maret di Australia. Kemudian Indonesia akan menjamu Bahrain pada 25 Maret di Stadion GBK.
Lalu Indonesia akan menjamu China di GBK pada 5 Juni. Terakhir, Indonesia akan bertandang ke Jepang pada 10 Juni 2025 mendatang.
Sejarah Uang – Grameds pasti sudah tidak asing dengan keberadaan uang. Yap, uang berapapun nominalnya itu, telah menjadi alat dalam sistem transaksi jual beli yang dilakukan antar manusia. Seseorang tidak mungkin mendapatkan uang dari usahanya sendiri saja, sebab manusia adalah makhluk sosial, maka dalam memperoleh uang pun juga diiringi dengan interaksi bersama manusia lain.
Berbicara mengenai sejarah uang, pasti Grameds tahu bahwa sebelum uang itu ada, orang-orang pada zaman dahulu menggunakan sistem barter untuk proses transaksi jual beli ini. Meskipun sebenarnya, sistem barter ini masih banyak dilakukan terutama di pedesaan, dengan saling menukarkan bahan-bahan sembako dan berbagai jenis sayuran.
Keberadaan uang saat ini ternyata sudah berkembang lho seiring dengan perkembangan zaman. Tak jarang, masyarakat sudah banyak yang beralih ke dompet digital yang tentu saja uang di dalamnya berbentuk digital.
Lalu, bagaimana sih sejarah uang itu? Mengapa sistem barter digantikan begitu saja oleh uang sebagai alat transaksi jual beli? Apa yang dimaksud dengan uang digital?
Nah, supaya Grameds memahami akan hal tersebut, yuk simak ulasan berikut ini!
Mengenal Apa Itu Sistem Barter?
Sebelum membicarakan tentang sejarah uang, akan lebih baik apabila Grameds memahami apa sih sistem barter itu.
Barter adalah sistem transaksi yang pertama kali digunakan para manusia, sebab pada zaman dahulu, manusia belum mengenal apa itu uang. Sistem transaksi barter ini berupa pertukaran antara barang dengan barang, jasa dengan jasa, barang dengan jasa, atau bahkan sebaliknya.
Pada masa lalu, orang atau sekelompok orang sudah merasa bahwa mereka membutuhkan sesuatu yang dihasilkan oleh pihak lain. Selain itu, populasi orang juga semakin meningkat, menyebabkan mereka harus memenuhi kebutuhan sehari-hari, terutama dengan “menggunakan” barang atau jasa yang telah dihasilkan oleh pihak lain.
Maka dari itu, muncullah ide untuk saling menukarkan barang atau jasa. Syarat utama dari pelaksanaan sistem barter ini adalah harus ada orang yang ingin saling menukar barang atau jasa, dan mereka harus saling membutuhkan.
Namun, seiring perjalanannya, sistem barter justru menemui berbagai kendala, diantaranya:
Contohnya, 12 buah jeruk seharusnya memiliki nilai yang sama dengan berapa satu kilogram gandum, tetapi orang-orang belum dapat menentukan standar tersebut sehingga mereka asal-asalan menukarnya.
Kelemahan dari sistem barter adalah ketika hendak bertransaksi, harus ada dua belah pihak yang memiliki barang yang dibutuhkan satu sama lain. Contohnya, ada seseorang yang memiliki gandum, dirinya hendak menukarkan gandum tersebut dengan buah semangka. Itu berarti, dirinya harus mencari seseorang yang mempunyai buah semangka yang sekaligus tengah membutuhkan gandum.
Apabila ternyata pemilik semangka tidak menginginkan gandum tersebut, maka transaksi barter menjadi batal.
Contohnya, ada seseorang yang memiliki seekor ayam dan ingin menukarkannya dengan sebuah meja. Sementara seekor ayam tersebut hanya bernilai sama dengan separuh meja saja. Maka pemilik meja akan kesulitan untuk memecah atau membagi meja tersebut menjadi nilai yang sesuai.
Terutama pada barang yang memiliki jumlah banyak atau ukuran besar, maka pemilik barang tersebut akan kesulitan dalam membawa hartanya kesana-kemari. Belum lagi, harus menemukan orang yang mau setuju untuk menukarkan barangnya tersebut.
Terlebih lagi apabila barang yang hendak ditukar adalah buah-buahan, pasti akan cepat membusuk. Apabila sudah busuk, pasti sudah tidak bisa dijadikan sebagai alat bertransaksi.
Untuk mengatasi kelemahan tersebut, muncullah beberapa pemikiran untuk menggunakan benda-benda tertentu sebagai alat tukar. Benda-benda tersebut biasanya adalah yang dapat diterima oleh umum, memiliki nilai tinggi, dan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan primer. Contohnya adalah garam, emas, kulit hewan, batu-batuan berharga, logam, kulit pohon, hingga kerang yang memiliki bentuk indah.
Pada zaman Romawi kuno, mereka menggunakan garam sebagai alat tukar dan alat pembayaran upah. Sementara itu pada bangsa Arab, mereka menggunakan unta dan kambing sebagai alat bertransaksi. Ada lagi di masyarakat Tibet yang menggunakan teh-teh ikat sebagai alat tukar.
Meskipun pemikiran ini tergolong lebih maju daripada sistem barter, tetap saja terdapat kelemahan yang menjadikan masa uang barang ini semakin lama semakin berganti. Beberapa permasalahan yang muncul dari penggunaan uang barang ini antara lain:
Atas adanya kelemahan-kelemahan yang didapatkan dari masa uang barang tersebut, memunculkan ide baru untuk menciptakan uang logam. Logam dipilih sebagai alat tukar sistem transaksi sebab memiliki nilai yang tinggi, tahan lama, tidak mudah rusak, mudah dipecah tanpa mengurangi nilai, dan mudah dibawa. Logam yang biasa dipakai sebagai alat transaksi pada era ini adalah emas dan perak.
Pada zaman itu, suatu negara akan dianggap telah mempraktikkan sistem uang emas apabila negaranya telah memiliki standar emas dalam proses transaksi perdagangan. Seiring dengan berkembangnya transaksi perdagangan, maka akan memberikan keuntungan bagi masyarakat, sehingga harta mereka juga makin meningkat.
Nah, mereka akhirnya memikirkan sebuah tempat yang aman untuk menitipkan uang-uang logamnya ke tempat tersebut, karena takut akan risiko pencurian. Biasanya, mereka akan menyimpannya di tukang emas atau pemuka agama.
Pihak-pihak yang dijadikan sebagai tempat “titipan” itu akhirnya memberikan mereka akta berbentuk kertas yang berisikan janji pihak penerima titipan. Akta-akta ini mendapatkan sambutan baik karena diterbitkan oleh seseorang atau lembaga yang mempunyai reputasi keuangan yang terpandang di suatu negara. Kemunculan akta-akta inilah yang menjadi pencetus dalam kemunculan sistem uang kertas.
Kepercayaan masyarakat semakin tumbuh terhadap adanya akta perjanjian yang diterbitkan lembaga keuangan, justru menjadikannya sebagai alat yang masuk ke dalam peredaran transaksi. Jadi, dapat disebut bahwa akta-akta ini bernilai sama dengan uang dan bahkan digunakan secara langsung untuk membeli barang atau jasa.
Pada perkembangan selanjutnya, masyarakat menjadi tidak lagi menggunakan emas secara langsung ketika tengah bertransaksi. Sebagai gantinya, mereka akan menjadikan akta tersebut sebagai alat tukar.
Uang digital tentu saja akan muncul seiring berkembangnya teknologi. Untuk menyelesaikan transaksi ekonomi, banyak pihak yang enggan untuk membawa uang tunai. Mereka lebih suka menyimpannya di dalam rekening bank atau bahkan melakukan top-up, yakni dengan menukarkan uang tunai mereka menjadi bentuk digital.
Penggunaan uang digital ini justru lebih efisien, sebab dapat mudah dibayarkan melalui internet, sms, hingga mobile banking. Uang digital yang saat ini tengah populer misalnya ShopeePay, Dana, Ovo, hingga GoPay.